Tim pemenangan calon presiden dan wakil presiden diharapkan tidak mempolitisir jargon-jargon agama untuk kepentingan politik praktis dalam Pemilihan Umum tahun 2014.
“Apapun alasannya, jargon-jargon agama itu tidak layak menjadi objek politik,” kata pengamat politik dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara Dr Ansari Yamamah di Medan, Kamis (29/5/2014).
Dalam pesta demokrasi selama ini, kata Ansari, jargon-jargon agama tersebut sering digunakan untuk menarik dukungan dari kelompok agama tertentu.
Salah satu jargon agama yang sering digunakan tersebut adalah teriakan “Allahu akbar” untuk menarik dukungan dari umat Islam guna memilih parpol atau calon tertentu yang diusung.
Pihaknya berharap pelaku politik praktis di Tanah Air dapat mempelajari perjalanan sejarah bangsa yang menunjukkan perilaku penggunaan jargon agama itu tidak memberikan pengaruh signifikan.
“Kita harus belajar dari sejarah bangsa yang cukup panjang,” katanya.
Selain kurang memberikan manfaat besar, kata dia, penggunaan jargon agama juga kontraproduktif karena dapat menghilangkan kharisma dan wibawa agama.
Apalagi jika jargon-jargon agaman tersebut dimanfaatkan untuk kampanye hitam (black campaign) guna menjelekkan pasangan capres/cawapres lain.
Sebagai ajaran yang berdasarkan keyakinan, jargon-jargon agama harus memiliki wibawa dan kharisma sehingga menarik perhatian manusia untuk mengamalkannya.
“Namun, ketika jargon-jargon agama itu tidak maksimal hasilnya (dalam politik), bisa hilang kharismanya,” kata Ansari.
Sumber http://ift.tt/1oMpgFD
via suara.com
No comments:
Post a Comment