Suara.com - Slogan “buruh bersatu tak bisa dikalahkan” yang kerap diteriakan saat aksi buruh menuntut kesejahteraan rupanya tidak pas digunanakan menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli mendatang.
Bukanya bersatu, belakangan organisasi serikat pekerja malah terbelah saling memberikan dukungan salah satu bakal calon presiden tertentu.
Pada peringatan Hari Buruh hari ini, Kamis (1/5/2014), Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) secara terbuka di Gelora Bung Karno, Jakarta, menyatakan dukungannya kepada Prabowo Subianto.
Prabowo Subianto diundang datang dan disodorkan kontrak 10 tuntutan buruh jika dia berkuasa nanti.
Presiden KSPI Said Iqbal tegas menyatakan dukungannya di depan podium saat berorasi.
“Kita minta Prabowo Subianto semoga Tuhan menjadikan beliau jadi presiden. Kita minta Prabowo pastikan guru honorer jadi PNS, pastikan KHL 84 item,” ujar Said Iqbal.
Sementara kelompok buruh dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) dalam sebuah siaran pers yang diedarkan ke media pada 24 Maret lalu sebelum Pileg menyebut balon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) sebagai sosok yang tepat memimpin Indonesia.
“Jokowi itu tidak mempunyai beban konflik masa lalu ketimbang calon presiden lain,” tulis Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea lewat siaran pers.
KSPSI menganggap Jokowi sebagai tokoh yang bersahaja dan mudah berkomunikasi dengan gerakan buruh.
Belum lagi federasi serikat buruh lainnya yang belum tergabung di dua konfederasi ini. Massa buruh dari dua konfederasi saja bisa sampai puluhan ribu orang. Bayangkan saja kalau masa riil buruh benar bersatu dalam pemilu mendatang dan bergabung di setiap daerah.
Sumber http://ift.tt/1pSbhBZ
via suara.com
No comments:
Post a Comment