Maia Estianty ikut terlibat dan memeriahkan acara penanaman pohon Trembesi di sepanjang jalur Pantai Utara Jawa Timur.
Liputan6.com, Jakarta Ada perilaku menarik yang dilakukan para suporter sepakbola Jepang di Brasil sesudah menyaksikan laga sepak bola piala dunia beberapa waktu yang lalu. Sesudah pertandingan selesai, bahkan sesudah tim kesayangannya kalah, para suporter ini mengumpulkan sampah yang berserakan di stadion. Hal ini konon dilakukan juga pada momen-momen piala dunia periode sebelumnya. Artinya perilaku ini telah menjadi suatu kebiasaan yang tertanam kuat di dalam diri mereka.
Bagaimanakah jika kita bandingkan yang terjadi di negri ini? Perilaku membuang sampah dan perilaku lain yang jauh dari mencintai lingkungan ternyata banyak dijumpai di berbagai daerah.Masalah sampah menjadi masalah yang tampaknya sudah kronis bahkan menjadi ancaman serius di beberapa kota besar.
Sulitkah membuang sampah pada tempatnya? Meski tampaknya mudah dilakukan namun pada kenyataannya jika kita melihat di jalan-jalan di kanan dan kiri kita, banyak sampah yang dibuang sembarang. Banyak warga yang bahkan tampak tidak sabar dan memasang peringatan dilarang membuang sampah dengan mencantumkan denda dalam jumlah yang fantastis. Dan jika kita mengabaikan perawatan lingkungan di sekitar kita dengan berbagai perilaku negatif seperti membuang sampah sembarangan, menggunduli dan membakar hutan, dan lain sebagainya, mungkin akan tiba waktunya alam menjadi marah dan mengingatkan kita lewat berbagai bencana yang mungkin timbul. Kabut asap yang menyesakkan, banjir, bahkan pemanasan global sudah bukan hal yang jarang kita dengar.
Selain untuk kita sendiri, mencintai lingkungan juga perlu dipelajari oleh anak-anak kita. Lewat belajar mencintai lingkungan, anak akan membangun sebuah rasa hormat dan menjaga lingkungan alam selama tahun-tahun awal perkembangan hidupnya dan tidak akan beresiko melakukan perilaku yang merusak alam di kemudian hari. Selain itu, interaksi positif dengan lingkungan alam adalah sebuah bagian yang penting dari perkembangan anak karena interaksi ini akan meningkatkan pembelajaran dan kualitas hidup sepanjang masa kehidupan sang anak.
Belajar mencintai lingkungan alam untuk anak di zaman sekarang memiliki tantangannya tersendiri. Semakin berkurangnya lingkungan yang alami karena perkembangan jumlah manusia merupakan alasan yang paling jelas terlihat. Budaya beraktivitas secara indoor juga meningkat di masa sekarang dibanding masa-masa sebelumnya.
Jika dahulu permainan yang mengasyikkan bagi anak-anak adalah bermain di sungai dan memanjat pohon bersama teman-teman, saat ini, banyak anak yang lebih asyik berada di dalam rumah yang menyediakan berbagai sarana permainan indoor dan relatif tidak membutuhkan banyak teman. Selain itu, pada masa kini, banyak orangtua yang merasa bahwa lingkungan alam berpotensi mengancam kesehatan bahkan keselamatan anak sehingga banyak orangtua yang kemudian melarang anaknya terlalu lama di luar rumah (alam) dan bahkan melakukan langkah-langkah perlindungan berlapis.
Credit: Gabriel Abdi Susanto
Source: http://ift.tt/1rxpoMn
No comments:
Post a Comment